Sabtu

The Outliers..(ndilalah) the Opinion Makers..

Menarik sekali mengikuti perjalanan sosialisasi bank syariah ke berbagai kalangan masyarakat, dan mengamati respon yang didapat. Berbekal peta profil segmen target market bank syariah yang lima jenis itu (segmen pokoknya syariah, ikut-ikutan, itung-itung-itungan, terpaksa, dan pokoknya bukan syariah), sepertinya segmen yang satu ini ndak tercatat di mana-mana :P

Sosialisasi ke mahasiswa adalah yang paling semarak. Idealisme audiens yang sedang di puncak-puncaknya, menjadikan suasana seminar atau diskusi atau roadshow paling bersemangat. Apalagi kalau event-nya dituanrumahi oleh kelompok studi atau forum kajian mahasiswa, biasanya auranya terasa lebih garang karena dibuka dengan mengangkat kepalan tangan dan teriakan takbir seperti rapat-rapat partai saja hehe. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pun tidak kalah bersemangat dan terkadang menghujat garang. Ada benang merah dari pertanyaan-pertanyaan di banyak event seperti ini: bank syariah tidak syariah !....Nah lho..

“Bank syariah sekarang kan masih nempel ke bank konvensional !..makanya tetep ga syariah !!”, tuduh salah seorang peserta.. “Duitnya aja nyampur tuhh..iiihh !!...”, tuduh seorang peserta putri dengan curiga. “ATM-nya aja jadi satu..gimana mau syariah ??!”, tuduh yang lain lagi. Hmm…mungkin karena mereka melihat banyaknya bank konvensional saat ini membuka Unit Usaha Syariah (UUS) semisal Bank Niaga Syariah, Bank Lippo Syariah, Bank Danamon Syariah, atau sebentar lagi ada Bank BCA Syariah. Dan biasanya ATM nya ya digabung jadi satu. Nasabah bank syariah kalau ambil uang tunai ya ke ATM milik bersama itu…

“Bank syariah itu kan cuma akal-akalan bisnis ! produknya sama dengan bank konvensional.Cuma dikerudungin aja kan ?!..” okee…sepertinya yang satu ini entah apakah ia sudah melihat secara mendalam skim/skema/akad yang mendasari produk2 bank syariah dan membandingkannya dgn skim/skema/akad produk bank konvensional?...atau sekedar nyomot judul produknya saja dari brosur gitu?...

“Bank itu bukan dari islam…ya ga syariah lah!...jadi, bank syariah itu ya bank-bank juga kan?!..”, cetus yang lain. “Bank itu menciptakan money multiplier effect…ga boleh lah. Nanti uang menciptakan uang. Bank syariah juga begitu kan ?!..” Hmm..yg ini pasti suka mbaca buku atau ikutan pelatihan tentang ekonomi syariah. Yang memberikan pemahaman kepada mereka tentang bank, bagaimana mekanisme operasional bank, serta apa peran bank dalam perekonomian modern…juga bahkan tentang bagaimana proses “penciptaan uang (likuiditas)” dalam sebuah sistem perekonomian modern…

“Bank itu produk sistem kapitalisme. Kita harus kaffah (=totalitas) dulu..ganti dulu semua sistemnya….semua subsistemnya….sistem ekonomi harus syariah dulu..!..” atau bahkan ..”Bank sentral-nya aja belum syariah….otoritas banknya aja belum syariah…gimana bank2nya bisa syariah ?!!...”. Nah yang ini biasanya sudah mahasiswa tingkat akhir ni, sudah lebih mendalam pengetahuannya tentang perbandingan sistem-sistem ekonomi. Bahkan seorang Doktor guru besar yang biasa jadi narasumber dimaa-mana tentang ekonomi syariah..bicara seperti ini..tentu dengan bahasa yang lebih halus. Bagi mereka, tidak mungkin ada bank syariah selama sistem besarnya tidak syariah. Entah apa yang dimaksud dengan sistem yang syariah itu..apakah dengan mengganti bank sentral dengan Baitul Maal ? Atau merubah semua bank-bank menjadi bank syariah semuanya? (tetep jadi bank juga siiih..) Atau mengganti sistem ekonomi nasional dengan sistem ekonomi syariah? Tapi gimana konkritnya? Entahlah…ilmu saya juga ndak nyandak hehe..

Memang sih pada akhirnya setiap kali “ditest” oleh pembicara, apakah mereka sudah punya rekening bank syariah.....bisa dihitung yang ngaku punya…dari sekian ratus yang hadir. Rata-rata di bawah sepuluh orang. Apakah itu karena keyakinan mereka bahwa bank syariah yang ada sekarang ini tidak/belum syariah, sehingga mereka ndak mau buka rekening syariah? Atau hanya sekedar fenomena khas dari karakteristik muslim negeri ini? (lihat tulisan saya sebelumnya: “Paradoks ber-bank syariah”). Apakah itu karena mereka sudah paham benar tentang bank syariah, sehingga bisa mencap bank syariah yang ada sekarang ini tidak syariah/belum syariah? Ataukah hanya sekedar gejolak darah muda yang selalu pingin “pokoknya saya beda !!...” :)

Tulisan ini diposting juga di: Kompasiana iB Blogger Competition

.

Tidak ada komentar: