Sabtu

manusia modern...manusia yang hilang

Tak dapat dipungkiri, bahwa kemajuan teknologi yang sangat pesat telah membuat kehidupan masyarakat modern menjadi semakin mudah dan efisien. Pengembangan mesin-mesin produksi dan robotik yang semakin canggih, dan tata kelola/organisasi yang berorientasi kepada output, berhasil mendorong produktivitas sektor-sektor ekonomi modern dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kebutuhan masyarakat modern pun semakin berlipat ganda melebihi kebutuhan-kebutuhan mendasarnya, yang terus diciptakan dan dirangsang secara agresif oleh advertising dan promosi yang bersifat masif oleh berbagai industri.

Tanpa disadarinya manusia modern secara bersama-sama telah membangun sebuah mesin raksasa, yang kemudian mendikte diri mereka tentang apa yang diperlukan dan bagaimana ia harus menjalani hidup, dan juga menjadikannya sekedar sebagai alat produksi dan roda gigi.


Namun demikian, di balik kemajuan materialistis tersebut sesungguhnya telah terjadi kemerosotan sebagaimana diamati oleh Gabriel Marcel (1889-1973), seorang filosof existansialis. Menurut Marcel, komodifikasi manusia modern oleh teknologi telah menyebabkan terjadinya “transvaluasi masif” yaitu penghapusan sifat “sakral” dari manusia dan meletakkan manusia sebagai budak dari mesin dan teknologi. Dalam dunia yang didominasi oleh teknologi, maka terjadi perubahan posisi dari manusia sebagai subyek menjadi semata obyek (human object). Dalam bukunya Man Against Mass Society (1955), Marcel mengungkapkan bahwa teknologi telah berhasil membujuk manusia untuk menempatkan teknologi secara sejajar dengan dirinya, dan dengan demikian telah berhasil meyakinkan manusia untuk berpartisipasi dalam memusnahkan keberadaan dirinya sendiri.


Marcel juga melihat bahwa masyarakat modern mengalami penciutan realitas, di mana keutuhan realitas dan individualitas telah di-abstraksi sedemikian rupa menjadi sekumpulan massa yang seragam (l’homme-mass).


Dan dalam kondisi demikian, sebagaimana sejarawan Christopher Lasch (1932-1994) mengungkapkan dalam bukunya The Culture of Narcissism (1979), maka manusia modern mengalami “patologi narsistik” dengan gejala melemahnya kesadaran akan diri (minimal self), ketidakmampuan mengenali yang lain (inward looking), keterasingan dari realitas (distanced, alienasi), rendahnya kepercayaan diri di hadapan arus pencitraan dan ilusi, serta ketidakpedulian terhadap yang lain.

..